Jumat, 02 September 2011 2 komentar

Exotic Lanscape in Baluran


Pagi ini (31/08/11) saya bangun sedikit terlambat, gara-gara nya setting alarm di handphone yang nggak bener. Beruntung sekali kumandang Takbir menyelamatkan saya dari bencana bangun kesiangan. Meski tak bisa ikut sholat Idul Fitri di masjid, tentu saya tak boleh ketinggalan tradisi lebaran donk. ^_^

Tepat jam 08.00 wib pagi, seluruh anggota keluarga berkumpul untuk acara sungkeman, tapi ya nggak yang sebegitu formal, keluarga saya juga bukan Suku Jawa "totok". Setelah selesai kemudian kami lanjut dengan sarapan, opor lontong lengkap dengan sambal petis yang selalu menghiasi meja makan saat lebaran menjadi santapan kami.

Hari ini juga, saya sekeluarga berencana langsung menuju Baluran setelah "nyekar" ke makam "mbah kakung". Bukan untuk bersilaturahmi dengan banteng, melainkan mengunjungi rumah paman saya yang lokasinya di Translok Barat Dusun Pandean Desa Wonorejo yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran merupakan kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman satwa dan habitat alamnya dengan berbagai macam komunitas. Tipe vegetasi yang dimiliki taman nasional ini antara lain hutan payau, hutan rawa, hutan pantai, savana, dan hutan musim. Hutan musim terdiri dari dua tipe vegetasi yaitu hutan musim alam dan hutan tanaman jati. Kawasan hutan musim mempunyai nilai penting sebagai perlindungan ekosistem dan merupakan habitat mamalia besar seperti Banteng, Kerbau Liar, dan Rusa Timor (Anonimous, 2006).

Sebenarnya sudah sejak kecil saya sangat familiar dengan tempat ini, hanya saja sampai sekarang belum berkesempatan untuk meng-eksplore-nya lebih banyak. Menurut Laporan Balai Taman Nasional Baluran (2002), kawasan ini memiliki iklim musoon dengan musim kemarau yang panjang. Musim penghujan biasa terjadi pada Bulan Desember sampai dengan April dan musim kemarau terjadi mulai Bulan Mei sampai November. Beberapa tahun ini, hari raya Idul Fitri bertepatan pada bulan-bulan datangnya musim kemarau di kawasan Taman Nasional Baluran, sehingga dalam perjalanan menuju rumah paman, saya sering menemui binatang-binatang liar seperti monyet dan kerbau, bahkan sapi liar.

Trayek darat menuju Taman Nasional Baluran dari rumah saya yang berkawasan di Kabupaten Bondowoso dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil, namun untuk para backpaker yang mengandalkan angkutan umum, dapat juga di tempuh dengan menumpang bus umum jurusan Bondowoso-Situbondo yang kemudian akan transit di terminal Situbondo dan selanjutnya menumpang bus umum jurusan Situbondo-Banyuangi.

Perjalanan Bondowoso-Baluran umumnya ditempuh dengan waktu kuraung lebih 3-3,5 jam. Biaya perjalanan dengan menggunakan bus umum berkisar antara Rp 20.000,00 sampai dengan Rp 25.000,00. Hostel atau penginapan sepertinya juga disediakan oleh pengelola kawasan wisata Taman Nasional Baluran. Untuk yag satu ini, saya belum dapat memberikan informasi lebih lanjut karena hostel yang biasa saya tempati tidak dipungut biaya aliyas gratis...(numpang di rumah pak dhe) ^_^

Mungkin Taman Nasional Baluran dapat menjadi salah satu alternatif transit tujuan petualangan backpaker sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pulau Bali atau Lombok. Namun jika para bacpaker mania masih merasa belum puas, sebelum menuju Baluran anda bisa mampir dulu di Gunung Kawah Ijen yang masih aktif danmenyuguhkan pemandangan yang tak kalah cantiknya dengan Taman Nasinal Baluran.

Indahnya Panorama Kawah Ijen akan saya ceritakan di lain waktu saja.
So, enjoy your journey backpakers mania...
Indonesia ku memang indah ya...



NB: Menurut info kaskuser septa di web kaskus, info selengkapnya mengenai TN. Baluran bisa di lihat di http://balurannationalpark.web.id/

 
;